Sabtu, 14 April 2012

Keren...Hasil foto 2.110 megapixel...!!

Marisaksikan dengan matamu sendiri tingkat detail menakjubkan dari sebuah foto beresolusi ultra tinggi 69,394 X 30,420 pixel atau 2.110 megapixel.



Menampilkan foto beresolusi sebesar itu dalam ukuran aslinya, tanpa diresize maupun dikompres, bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan dalam sebuah halaman website. Hal itu pasti akan memakan bandwith dan diskspace yang sangat besar. Dan sayangnya, saat ini kami tidak punya resource sebesar itu.
Untungnya, Gigapixel Panorama Photography dengan pintar menampilkan foto tersebut dalam sebuah tampilan yang mirip dengan Google Maps. Kamu bisa menggeser slider di kiri atas untuk menzoom foto super detail tersebut hingga tulisan yang berada di kaos seorang demonstran bisa terbaca. Silakan coba bereksperimen dengan fotonya di sini.

sumber : http://menujuhijau.blogspot.com/2011/12/mau-lihat-sedetail-apa-foto-sebesar.html#ixzz1hPj25kiD Share

Mengintip cara kerja kaca mata 3D

Efek 3D tidak terlalu mengesankan, yang terlihat hanyalah gambar bayang-bayang apabila kepala sedikit bergerak. Bahkan, banyak penonton yang sakit kepala saat melihat tayangan 3D tersebut. Pada bioskop-bioskop IMax, efek 3D memang masih ada, namun hanya untuk film-film pendek. Tidak ada 3D untuk feature film yang berdurasi 90 menit atau lebih. Tampaknya kondisi ini akan segera berubah.

Semakin banyak produsen dan studio film yang memproduksi film baru mereka tidak hanya dalam 2D, tetapi juga dalam format 3D. Bahkan, studio film Pixar dan DreamWorks menerapkan 3D sebagai standar film animasi mereka, seperti pada film terbaru mereka Bolt dan Monsters vs. Aliens.
Teknologi dan teknik film 3D kini sudah jauh berbeda dari teknik yang diaplikasikan pada 57 tahun yang lalu. Ada 4 cara kerja yang umum untuk menampilkan film 3D, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.


1. XPAND


Teknologi ini dulunya bernama nuvision dan bekerja dengan sebuah lensa pengatur cahaya dan proyektor. Gambar diproyeksikan secara bergantian untuk mata kiri dan kanan. Lensa pengatur cahaya yang dikendalikan melalui inframerah dan dioperasikan dengan baterai akan mengurangi cahaya pada masing-masing mata, terutama pada saat sebuah gambar tidak harus terlihat oleh mata tersebut. Lantaran bekerja tanpa polarisasi, teknologi ini dapat menggunakan jenis layar apa saja.

Kelebihan : Tidak pakai layar perak
Kekurangan : Kacamata mahal dan kepala tidak boleh miring


2. Real D


Proyektor akan menampilkan gambar secara bergantian melalui Z-Filter ke sebuah layar perak. Proyektor ini akan mengubah cahaya untuk masing-masing mata dengan menggunakan polarisasi sirkular. Kacamata hanya untuk melewatkan cahaya yang sesuai.

Kelebihan : Kepala boleh miring
Kekurangan : Memerlukan layar perak


3. Dolby 3D Digital Cinema


Sebuah color filter yang berputar akan mengganti panjang gelombang pada gambar-gambar yang diputar secara bergantian untuk masing-masing mata. Sebuah kacamata interferensi akan menyaring semua panjang gelombang, kecuali yang sengaja dihasilkan untuk masing-masing mata.

Kelebihan : Tidak harus menggunakan layar perak
Kekurangan : Perlengkapan mahal



4. Proyeksi ganda dengan polarisasi



Dua proyektor sekaligus, masing-masing untuk mata kiri dan kanan, akan mengirim cahaya dengan polarisasi berbeda secara bersamaan ke layar perak. Kacamata hanya untuk melewatkan gambar yang telah ditentukan untuk mata tersebut.

Kelebihan : Brightness tinggi
Kekurangan : Kepala tidak boleh miring


Kesimpulan :
Film dengan feature 3D memang tengah marak dan selalu ramai dibicarakan. Teknologi 3D memang masih mahal untuk home theater. Namun, begitu film-film 3D bermunculan dalam format Bluray, player yang dibutuhkan pun bakal terjangkau oleh pasar. Jadi, setiap orang dapat menikmati tayangan film 3D secara optimal di rumah.


Cara Kerja 3D :Kacamata ini membuat gambar pada film bioskop dan televisi seperti adegan 3 dimensi yang terjadi tepat di depan anda. Dengan objek bergerak keluar masuk layar dan seolah menuju ke arah anda, dan tokoh jahat yang bergerak keluar untuk menangkap dan meraih tangan anda.

Kacamata 3D membuat anda merasa bagian dari adegan film, tidak hanya seseorang yang duduk disana menonton adegan tersebut. Mengingat alat ini mempunyai nilai entertainment yang tinggi, anda akan terkejut betapa sederhananya sebetulnya kacamata 3D ini.

Manusia lahir dengan dua buah mata dan sistem penglihatan binocular yang sangat luar biasa. Untuk objek dengan jarak lebih dari 20 kaki (6 – 7 meter), sistem binocular membuat kita mudah menetukan seberapa jauh jarak objek tersebut secara akurat. Sebagai contoh.

Jika ada beberapa objek di depan, kita akan dengan mudah mengetahui objek mana yang lebih jauh dan objek mana yang lebih dekat, serta seberapa jauhnya jarak objek tersebut dengan kita. Apabila anda melihat dunia dengan sebelah mata tertutup, anda akan tetap dapat memperkirakan jarak, namun keakuratan perkiraan jarak akan menurun.

Untuk melihat seberapa besar perbedaannya, mintalah seorang teman untuk melemparkan bola dan coba untuk menangkap bola tersebut sementara sebelah mata anda tertutup.

Juga coba pada ruangan yang sedikit cahaya atau pada malam hari. Pada kondisi ketersediaan cahaya sedikit, perbedaan akan semakin terlihat. Akan lebih sulit untuk menangkap bola hanya dengan sebelah mata terbuka di banding kedua mata terbuka.

sumber :: gallerydunia.com
Share

Orang Buta Akan Mampu Melihat


Dulu teknologi ini hanya dikembangkan dalam film-film Fiksi. Lewat Film Star Trek: The Next Generation, diceritakan bahwa seorang teknisi pesawat Enterprise bernama Jordy LaForge, yang mengalami kebutaan sejak lahir, namun tetap bisa melihat berkat sebuah gadget atau alat bantu pengelihatan virtual alias visioner yang dipasang layaknya kaca mata Stevie Wonders.

Namun teknologi yang hadir dari fiksi itu kini nampaknya akan menjadi kenyataan. Sebuah team dari Hebrew University Yerusalem yang dipimpin oleh Dr. Amir Amedi telah mengembangkan teknologi yang sebenarnya telah diciptakan 20 tahun lalu oleh peneliti belandan Dr. Peter Meijer. Dalam perangkat yang diberi nama Sensory Substitution Device (Alat pengganti sensor), Dr. Peter Meijer menggunakan teknik algoritma dengan sistem gelombang untuk menterjemahkan posisi dan bentuk dari suatu objek dengan nada-nada tertentu, yang membuat orang yang mengalami kebutaan mampu mengetahui bentuk dan posisi suatu benda.

Berkat penelitian oleh Dr. Meijer tersebut, team Hebrew University sekarang tengah mengembangkan teknologi yang menakjubkan, yaitu menciptakan alat yang akan membuat korteks visual orang yang buta sejak lahir mampu menangkap sinyal-sinyal yang bisa diterjemahkan oleh otak sebagai bentuk dan posisi, atau bahasa singkatnya :

alat untuk membantu orang buta mampu melihat.
Dr. Amedi menulis pada jurnal Cerebral Cortex bahwa hasil penelitiannya menemukan bahwa korteks visual pada mata mengatur data yang terbagi dalam dua jalur. Jalur pertama disebut occipito-temporal ventral, yang berfungsi mengalirkan informasi berkaitan dengan bentuk, identitas, dan warna ke otak. Jalur ke dua disebut dorsal occipito-parietal yang berfungsi mengirimkan data tentang lokasi objek dan mengkoordinasikan data visual dengan fungsi motorik.


Dengan teori tersebut, team dari Herbew University tersebut mampu menciptakan sebuah alat seperti kacamata yang membuat orang buta "benar-benar" bisa melihat. Hasil scan MRI menunjukkan bahwa orang buta yang menggunakan alat tersebut mampu memiliki pengelihatan layaknya orang normal.

Dari hasil penelitan tersebut, Dr. Amedi aberpendapat bahwa: "Otak bukanlah mesin sensorik, namun lebih merupakan sebuah mesin Tugas / Task Machine."

Kelak kelihatannya alat ini akan dikembangkan untuk membantu orang yang mengalami kebutaan untuk mampu melihat dunia yang indah, melihat bunga-bunga yang mempesona, dan membaca kata kata mutiara yang tertulis.


source: http://www.bacotgue.co.cc/2012/02/orang-buta-akan-mampu-melihat.html Share

Label